HUKUM KARMA ADALAH FAKTOR KEJIWAAN
Hati Nurani Adalah Tuhan Yang Bermukim Dalam Diri Manusia
Jika ditinjau dari sudut pandang Timur, maka apa yang menghukum diri sendiri itu adalah apa yang disebut sebagai Hati Nurani, yakni Tuhan yang bersemayam di dalam diri manusia. Tuhan inilah yang senantiasa setiap hari 24 jam mengawasi manusia si pemilik tubuh dan jiwa. Tuhan inilah yang menghukum manusia yang melakukan perbuatan tercela. Tuhan ini menyatu dalam diri manusia serta secara efektif dan efisien mengawasi hanya satu orang manusia selama 24 jam. Hukuman dalam bentuk kecelakaan inilah yang sering dikaitkan dengan Hukum Karma, hukuman Tuhan, kualat, durhaka, ketulahan, dan lainnya.
Penghukuman Diri Sendiri Terbebas Dari Ruang Dan Waktu
Jika penghukuman diri sendiri oleh Hati Nurani masih bersifat logis, akan tetapi bagaimana dengan kecelakaan yang terjadi di luar kehendak (kelalaian) dari diri orang yang celaka itu? Jika terjatuh masih dapat dikatakan sengaja dalam rangka menghukum diri sendiri, dengan dalih bahwa jiwa memerintahkan tubuh untuk terjerembab, dalam bentuk lalai, lengah, tidak sadar, lalu bagaimana halnya dengan tertabrak, dan bukan menabrak? Apakah masih dapat dituding manusia sengaja menghukum dirinya padahal ia tidak melihat apa yang akan terjadi, dan tidak melihat atau tidak berhadapan dengan ancaman atau bahaya apa pun.
Hati Nurani Berada Pada Posisi Lintas Dimensi
Di sini dapat diasumsikan bahwa ditabrak pun disebabkan oleh kesengajaan dari si korban karena Hati Nurani bersifat bebas ruang dan waktu sehingga dapat menyadari keadaan di sekelilingnya dalam radius mungkin 50 m, 1 km, bahkan tak terhingga. Jadi, sebelum dan sampai pada saat tertabrak, dari alam bawah sadar, Hati Nurani dapat melihat situasi dan kondisi di sekitarnya sehingga dapat memerintahkan diri si korban untuk menyongsong bahaya yang tidak tampak oleh mata fisiknya. Akan tetapi, ini hanya rasionalisasi secara asumtif semata untuk memberikan penjelasan ilmiah akan kejadian yang terkait dengan jiwa.
Hukum Karma Bekerja Melalui Hati Nurani
Jenderal Uni Sovjet yang memerintahkan penembakan pesawat jumbo jet Korean Air di atas Semenanjung Kamchaka Rusia, yang mengakibatkan tewasnya sekitar 300 orang, ternyata pada akhirnya Jenderal itu mengalami kecelakaan pesawat helikopter sehingga tewas, tidak lama setelah kejadian penembakan itu. Tampaknya Hati Nuraninya menghukumnya dengan membiarkannya menaiki pesawat yang telah diketahui oleh alam bawah sadarnya bahwa akan mengalami kecelakaan. Bagaimana sesungguhnya proses tersebut, tidaklah dapat diketahui sama sekali, hanya dapat diduga-duga dan direka-reka secara aposteriori saja.
Hati Nurani Berperan Dalam Perolehan Firasat Dan Ilham
Kemungkinan, jika Hati Nurani seseorang tidak sedang menghukum dirinya, maka alam bawah sadarnya dapat menghindari diri dari kecelakaan yang akan terjadi. Tampaknya alam bawah sadar seseorang, yang dikendalikan oleh Hati Nuraninya itu, memiliki kepekaan yang lintas dimensi (transdimensional). Alam bawah sadarnya yang bebas dari ruang dan waktu itulah yang mengindera dan memindai lingkungan sekitaran. Seorang ibu yang terpisah ribuan km dari anaknya, dapat merasa gelisah ketika anaknya akan, sedang, atau telah mengalami kecelakaan atau kematian, begitu pula sebaliknya.
Sumber: Buku Kembali Ke Alam (Back to Nature)
oleh Dr. Aggi Tjetje & Dr. Some
(Suatu Tinjauan Mendalam Akan: Kiprah dan Sumbangsih Serta Pengabdian Pengobatan Tradisional Dalam Pembangunan Nasional)