PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP ILMU PENGOBATAN
Tidak Ada Yang Mungkin Dan Bisa Berada Di Luar Alam
Jika direnungkan, maka apa yang dilakukan manusia, yang tentunya berdasarkan akalnya, juga bersifat alamiah karena tidak ada apa pun yang bisa dan mungkin berada di luar alam atau pun di luar cakupan alam. Manusia, akalnya, produk akal yang berupa ilmu pengetahuan dan teknologi, atau daya rusaknya, pencemaran lingkungan, kriminalitas, kebajikan, dan lainnya, juga adalah bagian dan milik alam. Dikotomi antara budaya dan alam, sesungguhnya hanya pengandaian saja akibat keangkuhan manusia. Manakah ada sesuatu yang dapat disetarakan atau disandingkan dengan alam? Semua tercakup dan tunduk pada alam. Apa pun!
Manusia Merasa Gede Rumongso Dapat Merusak Dan Melindungi Alam.
Begitu yakinnya akan kehebatan dirinya sehingga manusia merasa telah berhasil merusak alam dan lalu kini berusaha untuk melindunginya. Menurut seorang pakar ilmu lingkungan, jika seluruh biomassa di bumi ini dibakar habis, maka hanya akan meningkatkan suhu bumi sebesar 0,5 oC, namun yang kini terjadi ternyata kenaikan suhunya mencapai beberapa derajat Celsius, padahal belum 10% dari biomassa di bumi ini yang terbakar. Lalu dari mana datangnya kenaikan suhu ini? Jawabannya sulit untuk mengatakan bukan karena faktor matahari. Dari sini tampak betapa takaburnya manusia yang merasa mampu merusak alam.
Salah Kaprah Dan Salah Kiprah Akibat Arogansi Antroposentris
Secara logis, peningkatan suhu bumi ini terjadi akibat ulah matahari. Sulit untuk memeroleh alasan lain. Terlalu gegabah dan tergesa-gesa jika mengatakan pemanasan suhu bumi disebabkan oleh ulah manusia. Terjadinya lubang ozon di kutub selatan pun ditimpakan kepada ulah manusia karena menggunakan zat chlor atau fluor. Gas Freon dari mesin pendingin dan gas aerosol untuk hairspray dituding sebagai biang keladinya. Pertanyaannya adalah, negara yang terbanyak menggunakan bahan tersebut adalah negara kaya yang terletak di belahan utara bumi, namun mengapa kerusakan ozon itu justru terjadi di kutub selatan?
Biarkanlah Alam Berjalan Di Jalurnya (Let Nature Takes Its Course)
Alam memiliki jalur perjalanannya sendiri yang pasti. Segalanya telah diatur dan ditentukan oleh alam. Meningkatnya jumlah manusia di bumi telah menyebabkan terjadinya berbagai pencemaran yang diperparah oleh polusi yang terjadi akibat pemanasan global sehingga partikulat dari debu tanah bersama polutan dari hasil pembakaran biomassa, telah memenuhi angkasa dari bumi. Akan tetapi, apakah ini sudah pasti akan berakibat buruk? Apakah tidak mungkin justru hal ini akan membawa manfaat besar bagi manusia ketimbang mudharatnya? Jika manusia angkuh dan congkak, maka suatu manfaat dapat diabaikan dan disia-siakan.
Cecunguk Yang Dibenci Malah Mungkin Menjadi Penyelamat Manusia
Semakin kerap cemaran yang ada di atmosfir bumi, akan berarti daya gesek yang ditimbulkannya akan semakin kuat. Jika ada meteor besar yang nyelonong masuk ke atmosfir bumi, maka tak pelak lagi meteor itu akan mengalami kikisan yang luar biasa kuatnya sehingga ketika menghantam bumi, ukurannya sudah sangat kecil. Apakah ini bukan mekanisme alam di dalam menyelamatkan nyawa umat manusia dari hantaman meteor jumbo? Kadar pengikisan meteor tergantung dari gesekannya dengan udara atmosfir bumi. Semakin kotor atmosfirnya maka akan semakin kuat daya geseknya sehingga menjadi semakin kecil ukuran meteornya.
Blessing In Disguise Jangan Dianggap Sebagai Culprit
Meteor yang menghantam Semenanjung Yucatan di Meksiko pada 65 juta tahun yang lalu, telah memunahkan dinosaurus dan memusnahkan sebagian besar spesies di bumi. Jika seandainya saja meteor sebesar itu menghunjam bumi pada era sekarang, maka dapat diduga bahwa kerusakan yang ditimbulkannya tidak akan separah itu mengingat udara bumi dewasa ini dipenuhi oleh banyak partikulat yang menjadi amplas atau gurinda dahsyat bagi meteor yang nyasar ke bumi. Pada masa 65 juta tahun yang lalu, atmosfir bumi pastilah langka dari partikulat atau cemaran lain. Hal inilah yang menyebabkan bencana sehebat itu.
Sesuatu Yang Tampaknya Akan Merugikan Belum Tentu Demikian
Tentu, akibat dari kotornya udara di bumi akan menimbulkan berbagai penyakit pada manusia, tetapi ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan dampak akibat bencana alam dahsyat yang tidak dapat dihindari oleh bumi. Di samping itu, munculnya berbagai penyakit akan mendorong kemajuan ilmu kedokteran atau pengobatan, termasuk pengobatan tradisional. Bocornya tameng pelindung bumi yang berupa lapisan ozon, tentunya akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, dermatitis (penyakit kulit), dan lainnya, baik jenis lama maupun jenis baru. Ini juga akan memacu kelajuan perkembangan ilmu pengobatan.
Sumber: Buku Kembali Ke Alam (Back to Nature) oleh Dr. Aggi Tjetje & Dr. Some