Tindakan Kemoterapi

25 Jun 2015

 

A.      Pengertian

Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker.

Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara fraksional    ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil.

Kemoterapi adalah suatu cara pengobatan kanker yang sudah teruji, meski pun tidak dapat dihindari adanya efek samping. Penelitian-penelitian yang professional tentang kemoterapi dapat dimanfaatkan untuk pengobatan kanker dan mengeliminasi efek samping yang terjadi

 


B.       Tujuan Kemoterapi

  • Meringankan gejala
  • Mengontrol pertumbuhan sel-sel kanker

 


C.       Manfaat Kemoterapi

Sampai saat ini tidak semua kanker mendapat manfaat dari kemoterapi.

 


Berikut ini rincian beberapa manfaat kemoterapi pada berbagai jenis kanker.

  1. Kemoterapi sangat bermanfaat (karena dapat sembuh atau hidup lama).
    1. Penyakit Hodgkin
    2. Non Hodgkin limfoma jenis large sel
    3. Kanker testis jenis germ sel
    4. Leukemia dan limfoma pada anak

       

  2. Kemotarapi bermanfaat (karena dapat dikendalikan cukup lama, kadang-kadang sembuh)
    1. Kanker payudara
    2. Kanker ovarium
    3. Kanker paru jenis small sel
    4. Limfoma non Hodgkin
    5. Multiple Mieloma
  3. Kemoterapi bermanfaat untuk paliatif (dapat mengulang gejala)
    1. Kanker Nasofaring
    2. Kanker Prostat
    3. Kanker Endometrium
    4. Kanker Leher dan Kepala
    5. Kanker Paru jenis non small sel
  4. Kemoterapi kadangkala bermanfaat
    1. Kanker Nasofaring
    2. Melanoma
    3. Kanker usus besar

 

Mengingat keterbatasan manfaat kemoterapi, maka digunakan kombinasi dengan cara pengobatan lain untuk mengambil masing-masing manfaat, yaitu:

  • Kemoterapi adjuvant, ialah kemoterapi yang diberikan sesudah operasi.
    • Manfaatnya mengurangi kekambuhan lokal dan mengurangi penyebaran yang akan timbul.
  • Kemoterapi neo adjuvant ialah kemoterapi yang diberikan sebelum operasi.
    • Manfaatnya adalah mengurangi ukuran tumor sehingga mudah dioperasi.
  • Kemoterapi paliatif diberikan hanya untuk mengurangi besarnya tumor yang dalam hal ini karena atau lokasinya menggangu pasien karena nyeri ataupun sulit bernafas.

 


D.      Cara Pemberian Obat Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik, sebagian besar diberikan dengan cara injeksi kedalam pembuluh vena, sebagian kecil dapat berupa tablet atau capsul dan kadang-kadang ada yang diberikan subcutan atau suntik dibawah kulit, serta intratekal (diinjeksikan kedalam system syaraf) jarang sekali yang disuntikan ke otot. Apabila pasien diberikan suntikan intravena, seringkali digunakan kateter atau selang plastik kedalam vena untuk mencegah kerusakan vena serta mempermudah injeksi. Kemoterapi diberikan secara siklit, dapat secara mingguan, dua mingguan 3-4 mingguan. Pasien mendapatkan kemoterapi dosis tinggi diberikan dalam unit rawat inap. Kondisi pasien juga menentukan apakah dapat diberikan dirawat jalan atau rawat inap.


E.       Syarat Pemberian Obat kemoterapi

Sebelum pengobatan dimulai beberapa kondisi pasien harus dipenuhi yaitu :

  1. Keadaan umum harus cukup baik
  2.  Penderita mengerti pengobatan dan mengetahui efek samping yang akan terjadi
  3. Faal ginjal ( kadar ureum < 40 mg % dan kadar kreatinin < 1,5 mg % ) dan faal hati baik
  4. Diagnosis hispatologik diketahui
  5. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi
  6. Hemoglobin > 10 gr %
  7. Leucosit > 5000 / ml
  8. Trombosit > 100.000 / ml

F.        Prinsip kerja Kemoterapi

Prinsip kerja Kemoterapi adalah  membunuh sel-sel yang cepat berkembang biak (terutama sel-sel kanker)  dengan  merusak atau mengganggu proses pembelahan sel.


G.      Prosedur Pelaksanaan Kemoterapi

  1. Persiapan

    1. Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB, luas badan, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin lengkap, EKG, foto thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
    2. Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat sebelumnya.
    3. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
    4. Periksa adanya inform concernt baik dari penderita maupun keluarga.
    5. Siapkan obat sitostatika.
    6. Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit.
    7. Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya.
    8. Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu.
    9. Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc, 50 cc.
    10. Infus set dan vena kateter kecil.
    11. Alkohol 70 % dengan kapas steril.
    12. Bak spuit besar.
    13. Label obat.
    14. Plastik tempat pembuangan bekas.
    15. Kardex (catatan khusus).

       

  2. Cara Kerja Pencampuran obat
    1. Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan memakai alat “biosafety laminary airflow” kemudian dikirim ke bangsal perawatan dalam tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran.
    2. Bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka, pencampuran dilakukan diruangan khusus yang tertutup dengan cara :
      • Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain.
      • Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.
      • Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit.
      • Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa steril diujung jarum spuit.
      • Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan volume cairan yang telah ditentukan.
      • Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam flabot atau botol infus.
      • Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau dengan syringe pump.
      • Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.
      • Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan.??
    3. Cara Pemberian kemoterapi
      1. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
      2. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan sepatu.
      3. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic.
      4. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse.
      5. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara intra vena).
      6. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %.
      7. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program.
      8. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
      9. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta diberi etiket.
      10. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran.
      11. Catat semua prosedur, Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi
      12. Efek Samping Kemoterapi
        1. Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan. Efek samping yang bisa timbul adalah:
          1. Lemas
            • Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung hingga akhir pengobatan.
          2. Mual dan Muntah
            • Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah.
          3. Gangguan Pencernaan
            1. Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi.
          4. Sariawan
            • Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau infeksi. Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam kemoterapi.
          5. Rambut Rontok
            • Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.
          6. Otot dan Saraf
            • Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.
          7. Efek pada Darah
            • Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leokosit). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan:
              1. Mudah terkena infeksi
                • Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leokosit turun, karena leokosit adalah sel darah yang berfungsi untuk perlindungan terhadap infeksi. Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah leokosit.
              2. Perdarahan
                • Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit.
              3. Anemia
                • Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat.
          8. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
            • Lebih sensitive terhadap matahari.
            • Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.

 

http://vytabaretha10.blogspot.com/2013/03/tindakan-kemoterapi.html