Kenapa Tian Da Ren Tang ?
Telah banyak bertebaran klinik pengobatan tradisional di seantero Indonesia, yang baik maupun buruk, yang jujur maupun curang, yang lurus maupun menyesatkan, yang berada di dalam koridor hukum maupun yang melanggar hukum, namun tentunya ada perbedaan pokok antara Klinik Tian Da Ren Tang dengan klinik tradisional lainnya.
Jika sama saja, maka Klinik Tian Da Ren Tang tidak perlu hadir hanya untuk sekedar menyesakkan dan menjenuhkan iklim pengobatan tradisional di Indonesia yang sudah cukup karut marut karena belum tertata secara beres.
Perbedaan antara Klinik Tian Da Ren Tang dengan klinik lain yang sudah ada, dan sekaligus menjadi keunikan Klinik Tian Da Ren Tang adalah prinsip khas dan khusus, yang dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten. Metode dan kiat yang digunakan oleh Klinik Tian Da Ren Tang tidak dimiliki sepenuhnya oleh klinik lain.
1. Avoid Massive Malpractice
Malpraktik biasanya disebabkan oleh 3 hal yang terdiri atas 9 faktor yakni:
1). Ketidaksengajaan:
- Kealpaan akibat lupa.
- Kenaifan akibat ketidaktahuan.
- Ketidaktelitian akibat berasumsi apriori (berandai-andai).
- Kesalahan membaca data atau menginterpretasikannya.
2). Kesengajaan:
- Kenekatan akibat keminter (sok pinter).
- Spekulasi akibat mengandalkan tindakan untung-untungan (trial & error).
- Memilih jalan pintas yang tidak lege artis akibat tidak mau berabe.
3). Kesalahan Pihak Ketiga:
- Rusaknya atau tercemarnya alat dan obat.
- Kelalaian asisten atau laboratorium atau apotik.
Untuk menghindari hal tersebut di atas, diperlukan kecermatan dan kehati-hatian serta ketelitian maksimal di samping profesionalitas dan integritas yang prima. Itulah sebabnya dokter atau tabib Tian Da Ren Tang tidak diperkenankan melakukan diagnosis berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil tanya jawab atau dari membaca hasil test kesehatan pada ketika itu juga, melainkan harus mempelajari atau mengkajinya secara sungguh-sungguh berdasarkan literatur (kepustakaan), urun rembug (diskusi) dengan sesama rekan sejawat, berkonsultasi dengan pakar yang lebih paham.
Oleh karena itu, dokter atau tabib dilarang mengambil kesimpulan secara refleksif dan reaktif berdasarkan kebiasaan dan ingatannya, dan lalu memberikan tindakan atau obat pada saat itu juga. Ingatan bisa saja salah. Dokter atau tabib hanya dapat memberikan obat atau tindakan, paling tidak 3 hari setelah pasien berkonsultasi dengannya. 1 hari digunakan untuk memeriksa literatur, 1 hari digunakan untuk urun rembug dengan rekan sejawat atau pakar lain. 1 hari digunakan untuk mendiskusikannya dalam rapat tim gabungan dengan dokter atau tabib yang ada. Setelah itu, barulah pasien diberi obat atau tindakan pengobatan. Dengan pemikiran banyak orang maka terjadilah pemantauan otomatis dan pengawasan melekat sehingga malpraktik dapat dihindari.
Seorang pilot senior yang walaupun telah memiliki pengalaman 10 ribu jam terbang pun, jika hendak menerbangkan pesawatnya, maka ia harus mengoperasikan pesawatnya selangkah demi selangkah di mana setiap langkah harus melihat petunjuk pada buku manual yang selalu tersedia di dalam cockpit, tidak perduli bahwa ia telah hafal di luar kepala. Setiap kali melihat satu tahapan, maka pilot harus membacanya kencang-kencang agar terpantau oleh petugas di menara pengawas dan sekaligus direkam oleh kotak hitam di dalam pesawat. Pilot dilarang keras menghidupkan mesin pesawat dan menerbangkannya hanya berdasarkan hafalan di luar kepala atau ingatan semata karena bisa saja terjadi kekhilafan atau kelengahan sehingga banyak nyawa manusia dipertaruhkan.
Demikian pula halnya dengan dokter atau tabib di mana nyawa pasien bergantung pada tindakannya, juga seharusnya dikenakankewajiban seperti pilot. Hampir kebanyakan malpraktik disebabkan oleh human error yang analogis dengan menerbangkan pesawat tanpa mengacu kepada buku petunjuk. Padahal, ilmu pengobatan dan ragamnya penyakit jauh lebih rumit dan pelik dari pada mengoperasikan pesawat udara. Dokter atau tabib bukanlah malaikat yang tidak dapat lupa, lengah, lalai, alpa, atau khilaf. Oleh karena itu pun dalam “menerbangkan pesawatnya” dokter dan tabib juga harus mengacu kepada buku petunjuk yakni text book kedokteran atau kepustakaan pengobatan tradisional.
Mungkin dianggap bahwa kesalahan pilot akan menyebabkan tewasnya ratusan orang sedangkan kesalahan dokter paling banter hanya merengut nyawa 1 atau 2 orang saja. Pemikiran demikian sama sekali tidak masuk akal karena untuk nyawa manusia, tidak boleh dikenakan perbandingan secara kuantitatif demikian. Nyawa 1 orang sama berharganya dengan nyawa 100 orang. Dalam jangka panjang, kekeliruan dokter yang tidak disadari itu dapat merengut nyawa yang lebih banyak dari pada nyawa penumpang seisi pesawat terbang jika ia tetap bertindak keliru. Secara lambat namun pasti, nyawa-nyawa pasien akan tercabut satu per satu selama puluhan tahun.
Penerapan cara pilot ini tentu saja merepotkan dokter atau tabib, namun nyawa manusia harus diutamakan, apalagi nyawa pasien yang telah mengeluarkan uang untuk membayar tarif periksa dan harga obat, yang berarti memberi nafkah kehidupan bagi dokter atau tabib. Sungguh keji dan tidak berperikemanusiaan jika sampai dokter “membunuh” orang yang telah menafkahinya. Pasien pun akan direpotkan, namun kerepotan itu adalah untuk kepentingan pasien sendiri dan kerepotan itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kerepotan akibat kesalahan obat atau pengobatan.
2. Treating Without Causing New Misery For Patient
Dengan mewajibkan pasien untuk berpantang makanan atau kegiatan seksualnya, maka larangan ini akan membuat penderitaan baru bagi pasien, yang ditumpukkan di atas penderitaan akibat penyakitnya itu. Orang awam yang tidak bergelut di dalam bidang pengobatan pun tahu dengan sejelas-jelasnya bahwa pasien harus berpantang jika hendak sembuh, tidak perlu ke dokter untuk memperoleh pelarangan tersebut.
Pengobatan yang baik dan manusiawi haruslah dapat menyamankan pasien dengan cara menyembuhkan serangan penyakitnya sambil membiarkan pasien tetap melakukan kebiasaannya yang masuk akal yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun. Tentunya kebiasaan dalam hal pola makan dan gaya hidupnya. Adalah tugas dokter atau tabib untuk memberikan pengobatan yang dapat menetralisir kebiasaan buruk pasien yang menyebabkannya sakit, bukan melarangnya.
Misalnya: pasien diabetes harus diberikan obat yang dapat menurunkan kadar gula darahnya secara signifikan, berapa pun asupan karbohidrat yang dikonsumsi oleh pasien, tanpa harus menyuruh pasien berpantang semua makanan yang berkarbohidrat tinggi. Jika berpantang, maka pasien yang makanan kegemarannya adalah kue brownies, durian, es krim, akan menjadi sangat menderita hidup kesehariannya.
Pengobatan yang dilakukan oleh Klinik Tian Da Ren Tang, tidak menekankan pada pantangan makanan tertentu tetapi sebaliknya malah menambahkan jenis makanannya. Misalnya: penderita penyakit Maag (Gastriris) tidak perlu berpantang makanan pedas atau asam, tetapi malah harus menambah makanannya dengan kulit sapi, durian jenis tertentu, Dll
Penderita haemorrhoid (ambeien), tidak perlu memantang cabe. Penderita kolesterol tinggi tidak perlu memantang lemak, namun harus menambahkan menu makanannya dengan buah dan bumbu dapur tertentu. Penderita hipertensi tidak perlu memantang kegiatan seksual dan garam atau daging kambing, tetapi harus menambah makanannya misalnya dengan sayur Ku Chai, seledri, timun, buah Shan Za (Hawthorn), belimbing, sembari mengonsumsi obat tradisional yang diberikan.
Pemantangan hanya akan membuat pasien menjadi sangat menderita, apalagi biasanya pasien yang dibatasi itu pada umumnya adalah orang yang sudah berumur paruh baya di mana masa hidupnya sudah tidak terlalu lama untuk menikmati kehidupan di dunia ini. Dengan sisa umur yang sudah tidak seberapa itu, orang dipasung kenikmatan hidup yang sudah tidak terlalu lama dapat dinikmatinya itu, maka ilmu pengobatan akan tertampak sangat kejam dan tidak manusiawi, karena tokh biasanya penyakitnya itu tidak akan sembuh total. Pada akhirnya pasien tetap akan mati dengan penyakitnya tetap melekat namun kebahagiaan duniawinya juga telah terampas. Penderita mati dalam keadaan menderita batin akibat berbagai pantangan. Artinya, dua kali merugi karena dua kali menderita.
Prinsip pengobatan pada Klinik Tian Da Ren Tang bukanlah membuat manusia tidak mati-mati, melainkan membuat agar hidup yang tidak terlalu lama ini menjadi tidak menderita dan dapat dilalui secara nyaman dan sentausa. Klinik Tian Da Ren Tang berusaha agar pasiennya menjadikan obat sebagai makanan, dan makanan sebagai obatnya. Tentunya obat tradisional.
3. Prioritize Hight Quality Ingredients
Bahan obat yang dipilih hanyalah yang bermutu tinggi walaupun mahal, karena yang dipentingkan di sini adalah khasiatnya, bukan harga yang murah meriah namun kurang manjur. Oleh karena itu, bahan yang bermutu rendah tidak digunakan karena hanya memperpanjang masa pengobatan dan penderitaan pasien, di mana jika menggunakan bahan murahan maka pada akhirnya total biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien justru menjadi lebih banyak ditambah harus menderita lebih lama.
Misalnya: harga Ginseng ada yang Rp.10.000,- per batang tapi juga ada yang Rp.100.000,-, Rp.1 juta, bahkan Rp. 10 juta atau Rp.100 juta. Klinik Tradisional Tian Da Ren Tang tentu tidak akan memilih bahan yang terlalu tinggi harganya kecuali atas permintaan khusus dari pasien, yang dipilih adalah bahan yang cukup bermutu namun masih dapat terjangkau oleh pasien umum.
Bahan obat diutamakan pada obat alami, khususnya herbal (tanaman) hanya jika terpaksa, barulah menggunakan bagian tubuh hewan atau produk sampingan hewan (animal by-product) sehingga pasien yang vegetarian juga dapat terlayani secara baik tanpa menimbulkan komplikasi psikologis baginya. Bahan obat juga sedapat mungkin menghindari penggunaan mineral , terutama untuk bahan obat dalam, walaupun mineral masih tergolong bahan alami. Produk hewani dan mineral digunakan terutama untuk obat luar (topikal) seperti salep, krim, bedak, kosmetik, spa mandi, spa rendam kaki.
Pengobatan yang dilakukan adalah penggabungan berbagai pengetahuan pengobatan tradisional dari China, India, Tibet, Nusantara, serta herbal Barat (Eropa & Amerika Utara) dan Amerika Latin.
4. Combining Western With Estern Medicine Method
Klinik Tian Da Ren Tang ini mengambil kebijakan untuk menyarankan pasien agar berobat terlebih dahulu secara alopatis ke dokter, jika tidak berhasil barulah menggunakan pengobatan tradisional (naturopatis), mengingat bahwa pengobatan tradisional itu bersifat alternatif yang berarti sebagai alternatif pengobatan manakala pengobatan alopatis (kedokteran) sudah tidak mampu lagi menyembuhkannya, atau minimal berobat secara simultan (berbarengan), tradisional tetapi tetap menggunakan jasa dokter, baik yang berpraktik di Klinik Tian Da Rentang maupun yang berpraktik di luar lingkungan Klinik ini.
Ada penyakit yang hanya dapat disembuhkan dengan cara alopatis kedokteran Barat, misalnya hernia, hidrokel atau varikokel, namun ada juga penyakit yang hanya dapat disembuhkan oleh pengobatan naturopatis tanpa operasi, misalnya kista atau myom pada rahim, penyakit kesemutan, syaraf terjepit, atau kanker jenis tertentu. Untuk pemantauan penyusutan kista atau penciutan tumor / kanker, maka diperlukan jasa pengobatan Barat melalui pemeriksaan
laboratorium kesehatan, begitu juga untuk memeriksa tingkat pengurangan sumbatan pada pembuluh darah jantung koroner.
Oleh karena itu, pengobatan yang paling tepat adalah memadukan metode pengobatan Barat dan Timur, kedokteran Alopati dan Naturopati, Oksidental dan oriental. Ke depannya, seluruh tabib pengobata pada Klinik Tian Da Ren Tang Pusat haruslah juga sarjana kedokteran atau sarjana S-1 Usadha (pertabiban). Walaupun memadukan metode dari dua sistem pengobatan, namun yang diutamakan adalah pengobatan tradisional. Pengobatan Barat hanya dijadikan sekedar sebagai alat pendekatan saja. Allopathy est ancillae Naturopathy (Pengobatan Alopati dijadikan sebagai budak Naturopati).
5. Priotize Healing Not Commercial Purpose Only
Sebagai klinik pendidikan dari FU – IABN BUDI, tentunya yang diutamakan oleh Klinik ini adalah ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu pengobatan, agar mahasiswa yang dididik pada FU – IABN BUDI dapat menjadi pengobat yang handal di kemudian hari. Untuk itu diperlukan sebanyak mungkin kasus penyakit, maka dari itu Klinik ini sangat mengharapkan kunjungan pasien sebanyak mungkin agar dapat diperoleh kasus yang sebanyak mungkin pula. Oleh karena itu, Klinik Tian Da Ren Tang tidak mengutamakan segi komersial. Jika ada obat yang diberikan ternyata berharga tinggi maka itu semata-mata memang karena mutu bahan obatnya, bukan karena besarnya keuntungan yang diambil oleh Klinik ini.
Walaupun sebagai klinik pendidikan, namun Klinik Tian Da Ren Tang juga memiliki kewajiban moril dan moral untuk menyembuhkan pasien yang datang berobat, pasien yang datang berobat, demi tuntutan kemanusiaan dan demi mutu dari mahasiswa yang dididik pada FU – IABN BUDI. Oleh karena itu, jika harga obatnya tinggi maka memang bahan yang dipergunakan itu mahal tetapi berkhasiat tinggi. Klinik ini tidak mencari keuntungan komersial karena tujuannya adalah menghasilkan sarjana pengobatan tradisional yang mampu, handal, dan berpengetahuan luas dan mendalam.
Fokus Pengobatan
Fokus pengobatan ditujukan kepada:
- Penyakit fatal dan sulit sembuh serta penyakit yang tidak diketahui secara persis penyebabnya, seperti penyakit degeneratif, kolagen, atau autoimun.
- Juga penyakit yang bandel tidak sembuh-sembuh atau sering kambuh kembali.
Berdasarkan pengalaman dari Institut ini selama 12 tahun dalam melakukan penelitian,
- Jika pasien yang baru saja terkena stroke, maka dalam waktu 1 minggu sudah dapat berangsur-angsur pulih dan dalam tempo 1 bulan sudah dapat beraktivitas.
- Kista dapat dilenyapkan dalam waktu 2 – 3 bulan.
- Diabetes, hipertensi, asam urat, kolesterol dapat distabilkan dalam waktu 1 minggu sampai 1 bulan tergantung dari keparahan penyakitnya.
- Penyakit wasir dapat hilang nyerinya dalam waktu 1 – 2 hari dan lenyap keluhannya dalam waktu 1 minggu.
- Sakit sendi, otot, tulang, dan kesemutan, dapat mereda dalam waktu 3 – 5 hari.
- Penyakit Jantung Koroner dapat diobati dalam jangka waktu 6 bulan.