Lupus eritematosus sistemik (LES)



Definisi

Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat. Pada keadaan awal, sering sekali sukar dikenal sebagai LES, karena manifestasinya sering tidak terjadi bersamaan.

Etiologi

Sampai saat ini penyebab LES belum diketahui. Diduga faktor genetik, infeksi, dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi LES. Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara terus-menerus. Antibodi ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan.

Faktor Risiko

1. Faktor risiko genetik. Meliputi jenis kelamin (frekuensi pada wanita dewasa 8 kali lebih sering daripada pria dewasa), umur (lebih sering pada usia 20-40 tahun), etnik, dan faktor keturunan (frekuensinya 20 kali lebih sering dalam keluarga di mana terdapat anggota dengan penyakit tersebut).
2. Faktor risiko hormon. Estrogen menambah risiko LES, sedangkan androgen mengurangi risiko ini.
3. Sinar ultra violet. Sinar ultra violet mengurangi supresi imun sehingga terapi menjadi kurang efektif, sehingga LES kambuh atau bertambah berat. Ini disebabkan sel kulit mengeluarkan sitokin dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat tersebut maupun secara sistemik melalui peredaran di pembuluh darah.
4. Imunitas. Pada pasien LES terdapat hiperaktivitas sel B atau intoleransi terhadap sel T.
5. Obat. Obat tertentu dalam persentase kecil sekali pada pasien tertentu dan diminum dalam jangka waktu tertentu dapat mencetuskan lupus obat (Drug Induced Lupus Erythematosus atau DILE). Jenis obat yang dapat menyebabkan lupus obat adalah:
o Obat yang pasti menyebabkan lupus obat: klorpromazin, metildopa, hidralasin, prokainamid, dan isoniazid.
o Obat yang mungkin dapat menyebabkan lupus obat: dilantin, penisilamin, dan kuinidin.
o Hubungannya belum jelas: garam emas, beberapa jenis antibiotik, dan griseofulvin.
6. Infeksi. Pasien LES cenderung mudah mendapat infeksi dan kadang-kadang penyakit ini kambuh setelah infeksi.
7. Stres. Stres berat dapat mencetuskan LES pada pasien yang sudah memiliki kecenderungan akan penyakit ini. 

Manifestasi Klinis

Keluhan utama dan pertama LES adalah artralgia (pegal dan linu di dalam sendi). Dapat juga timbul artritis nonerosif pada dua atau lebih sendi perifer. Artritis biasanya berlangsung hanya beberapa hari. Lokasi artritis akut biasanya di sendi tangan, pergelangan tangan, dan lutut, serta biasanya simetris. Artritis dapat berpindah-pindah atau tetap di satu sendi dan jadi menahun. Pasien mengeluh lesu, lemas, dan capai sehingga menghalanginya beraktivitas. Demam, pegal linu seluruh tubuh, nyeri otot, dan penurunan berat badan.

Terlihat kelainan kulit spesifik berupa bercak malar menyerupai kupu-kupu di muka dan eritema umum yang menonjol. Pasien menjadi fotosensitif dan LES kambuh bila terjemur sinar matahari cukup lama. Kulit yang terkena sinar matahari menunjukkan kelainan subakut yang bersifat rekurens, berupa bercak menonjol, kemerahan, dan menahun. Terdapat kelainan kulit menahun berupa bercak diskoid yang bermula sebagai eritema papul atau plak bersisik. Sisik ini menebal dan melekat disertai hipopigmentasi sentral. Terutama terjadi di daerah yang terkena sinar matahari dan dapat menimbulkan kebotakan di kepala. Dapat pula terjadi kelainan darah berupa anemia hemolitik, kelainan ginjal, pneumonitis, kelainan jantung, kelainan gastrointestinal misalnya pankreatitis, gangguan saraf seperti nyeri kepala dan konvulsi, dan kelainan psikiatrik misalnya psikosis atau sindrom organik otak.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terhadap pasien LES meliputi:
o ANA (anti nuclear antibody). Tes ANA memiliki sensitivitas yang tinggi namun spesifisitas yang rendah.
o Anti dsDNA (double stranded). Tes ini sangat spesifik untuk LES, biasanya titernya akan meningkat sebelum LES kambuh.
o Antibodi anti-S (Smith). Antibodi spesifik terdapat pada 20-30% pasien
o Anti-RNP (ribonukleoprotein), anti-ro/anti-SS-A, anti-La (antikoagulan lupus)/anti-SSB, dan antibodi antikardiolipin. Titernya tidak terkait dengan kambuhnya LES.
o Komplemen C3, C4, dan CH50 (komplemen hemolitik)
o Tes sel LE. Kurang spesifik dan juga positif pada skleroderma, obat, dan bahan-bahan kimia
o Anti ssDNA (single stranded).
o Pasien dengan anti ssDNA positif cenderung menderita nefritis. 

Diagnosis

Kriteria untuk klasifikasi LES dari American Rheumatism Association (ARA, 1992)

1. Artritis
2. ANA di atas titer normal
3. Bercak malar
4. Fotosensitif bercak reaksi sinar matahari/dari anamnesis
5. Bercak diskoid
6. Salah satu kelainan darah:
o Anemia hemolitik
o Leukosit < 4.000/mm3
o Limfosit < l.500/mm3
o Trombosit < 100.000/mm3
7. Kelainan ginjal
o Proteinuria > 0,5 g per 24 jam .
o Sedimen selular
8. Salah satu serositis
o Pleuritis
Perikarditis
9. Salah satu kelainan neurologi
o Konvulsi
o Psikosis
10. Ulser mulut
11. Salah satu kelainan imunologi
o Sel LE positif
o Anti dsDNA di atas titer normal
o Anti Sm (Smith) di atas titer normal
o Tes serologi sifilis positif palsu 
Seorang pasien diklasifikasikan menderita LES apabila memenuhi minimal 4 dari 11 butir kriteria tersebut di atas. 

Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan, pasien LES dibagi menjadi:
o Kelompok ringan
LES dengan gejala-gejala panas, artritis, perikarditis ringan, efusi pleura/perikard ringan, kelelahan, dan sakit kepala.
o Kelompok berat
LES dengan gejala-gejala efusi pleura dan perikard masif, penyakit ginjal, anemia hemolitik, trombositopenia, lupus serebral, vaskulitis akut, miokarditis, pneumonitis lupus, dan perdarahan paru. 

Beberapa pertanyaan sebelum melakukan penatalaksanaan LES yaitu
1. Apakah pasien masuk kriteria ARA atau tidak.
2. Bila tidak, apakah pasien memenuhi kriteria biopsi atau tidak. Dengan panduan biopsi ditentukan apakah pasien masuk LES atau lupus diskoid.
3. Apakah keluhan yang muncul adalah bagian dari penyakit konektif lainnya atau tidak.
4. Setelah mengetahui LES, pastikan organ sasaran yang terkena dan derajat sakitnya.
5. Adakah penyakit lain yang terjadi bersamaan dengan LES. Bila ada, tentukan apakah primer atau sekunder.
6. Upaya pengobatan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mempertimbangkan untung rugi dari suatu regimen pengobatan. 

Penatalaksanaan umum, yaitu:
1. Kelelahan bisa karena sakitnya atau karena penyakit lain seperti anemia, demam, infeksi, gangguan hormonal, komplikasi pengobatan, atau stres emosional. Upaya mengurangi kelelahan di samping pemberian obat ialah cukup istirahat, pembatasan aktivitas yang berlebih, dan mampu mengubah gaya hidup.
2. Hindari merokok.
3. Hindari perubahan cuaca karena akan mempengaruhi proses inflamasi.
4. Hindari stres dan trauma fisik.
5. Diet sesuai kelainan, misalnya hiperkolesterolemia.
6. Hindari pajanan sinar matahari, khususnya ultraviolet pada pukul 10.00 sampai 15.00.
7. Hindari pemakaian kontrasepsi atau obat lain yang mengandung hormon estrogen. 

Penatalaksanaan medikamentosa, yaitu:
LES derajat ringan:
o Aspirin® dan obat antiinflamasi nonsteroid merupakan pilihan utama dengan dosis sesuai derajat penyakit.
o Penambahan obat antimalaria hanya bila ada ruam kulit dan lesi di mukosa membran.
o Bila gagal, dapat ditambah prednison 2,5-5 mg/hari. Dosis dapat dinaikan 20% secara bertahap tiap 1-2 minggu sesuai kebutuhan. 
LES derajat berat:
o Pemberian steroid sistemik merupakan pilihan pertama dengan dosis sesuai dengan kelainan organ sasaran yang terkena. 

Pengobatan pada Keadaan Khusus

Anemia hemolitik autoimun. Prednison 60-80 mg/hari (1-1,5 mg/kg BB/hari), dapat ditingkatkan sampai 100-120 mg/hari bila dalam beberapa hari sampai 1 minggu belum ada perbaikan.

Trombositopenia autoimun. Prednison 60-80 mg/hari (1-1,5 mg/kg BB/hari). Bila tidak ada respons dalam 4 minggu, ditambahkan Imunoglobulin intravena ( IVIg) dengan dosis 0,4 mg/kg BB/hari selama 5 hari berturut-turut.

Vaskulis sistemik akut. Prednison 60-100 mg/hari, pada keadaan akut diberikan parenteral.

Perikarditis ringan. Obat antiinflamasi nonsteroid atau antimalaria. Bila tidak efektif , dapat diberikan prednison 20-40 mg/hari.

Perikarditis berat. Diberikan prednison 1 mg /kg BB/hari

Miokarditis. Prednison 1 mg/kg BB/hari dan bila tidak efektif dapat dikombinasikan dengan siklofosfamid.

Efusi pleuraPrednison 15-40 mg/hari. Bila efusi masif, dilakukan pungsi pleura/drainase.

Lupus pneumonitis. Prednison 1-1,5 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu

Lupus serebral. Metilprednisolon 2 mg/kg BB/hari untuk 3-5 hari, bila berhasil dilanjutkan pemberian oral 5-7 hari lalu diturunkan perlahan. Dapat diberikan metil prednisolon pulse dosis selama 3 hari berturut-turut.
 

Prognosis
Dengan diagnosis dini dan penatalaksanaan yang mutakhir maka 80-90% pasien dapat mencapai harapan hidup 10 tahun dengan kualitas hidup yang hampir normal.