Penyakit jantung hipertensif ditegakkan bila dapat dideteksi ventrikel kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastolik. Pengaruh faktor genetik di sini lebih jelas. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis koroner. Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus,hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhimya akibat terbatasnya aliran darah koroner, menjadi eksentrik. Berkurangnya rasio antara massa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan ejeksi, peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik, peningkatan konsumsi oksigen otot jantung, serta penurunan efek mekanik pompa jantung). Diperburuk lagi bila disertai dengan penyakit jantung koroner. Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu :
- Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pernbuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels)seluruh badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
- Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat otot yang hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik ini. Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dan gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri.
- Stenosis Mitral
Stenosis Mitral adalah suatu penyakit jantung, dimana katup atau pintu yang menghubungkan ruang atrium (serambi) dan ventrikel (bilik) jantung bagian kiri mengalami penyempitan, sehingga tidak bisa membuka dengan sempurna. Secara normal pembukaan katub mitral adalah selebar tiga jari (4cm2) ( Brunner & Suddarth, 2001). Stenosis mitral (MS) merupakan penebalan progesif dan pengerutan bilah-bilah katub mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progesif aliran darah. ( Arif Muttaqin, 2009). Pasien dengan Mitral Stenosis (MS) secara khas memiliki daun katup mitral yang menebal, kommisura yang menyatu, dan korda tendineae yang menebal dan memendek. (Farmacia,edisi Februari 2008). Sebagian besar kasus stenosis katup mitral disebabkan oleh demam rematik. Di Amerika Utara dan Eropa Barat kelainan ini sering ditemukan pada orangtua yang pernah menderita demam rematik saat anak-anak dan tidak diberikan antibiotik. Demam rematik umumnya bisa menyebabkan stenosis katup mitral pada anak-anak hingga orang dewasa. Jika disebabkan oleh demam rematik maka daun katup mitral sebagian bergabung menjadi satu. Stenosis katup mitral juga dapat disebabkan kelainan bawaan sejak lahir. Bila bayi lahir dengan kelainan ini maka kemungkinan besar tidak bisa hidup lebih dari 2 tahun, kecuali sudah menjalani pembedahan. Selain itu, stenosis katup mitral juga bisa disebabkan miksoma yakni tumor jinak di atrium kiri atau adanya bekuan darah yang menyumbat aliran darah saat melewati katup mitral.
Bila stenosisnya berat maka tekanan darah dalam vena paru-paru dan dalam atrium kiri akan meningkat sehingga menyebabkan gagal jantung. Cairan akan menumpuk di dalam paru-paru. Penderita stenosis katup mitral berat yang sedang hamil maka akan mempercepat perkembangan gagal jantung. Akibatnya, penderita akan mudah lelah dan mengalami sesak napas. Sesak napas awalnya hanya terjadi saat melakukan aktivitas, namun lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat.Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak. Biasanya penderita stenosis katup mitral pipinya berwarna kemerahan. Tekanan tinggi pada vena paru-paru bisa mengakibatkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Atrium kiri yang membesar bisa menyebabkan fibrasi atrium, yakni denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur. Pada prosedur valvuloplasti balon, lubang katup diregangkan. Kateter yang pada ujungnya terpasang balon, dimasukkan melalui vena menuju ke jantung. Ketika berada di dalam katup, balon digelembungkan dan akan memisahkan daun katup yang menyatu. Pemisahan daun katup yang menyatu juga bisa dilakukan melalui pembedahan. Bila kerusakan katupnya terlalu parah, dapat diganti dengan katup mekanik atau katup yang sebagian dibuat dari katup babi. Sebelum melakukan pembedahan, pasien akan diberikan antibiotik untuk menekan risiko terjadinya infeksi katup jantung. Stenosis katup mitral bisa dicegah hanya dengan mencegah terjadinya demam rematik, yakni penyakit yang biasa dialami saat anak-anak yang terkadang terjadi sesudah mengalami infeksi tenggorokan oleh streptokokus yang tidak diobati.