Kanker Prostat

 


Kanker Prostat

Penyakit ini berkaitan dengan usia. Jarang terjadi pada pria di bawah usia 40 tahun dan insidensnya terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada usia 80-an. Berdasarkan epidemiologi, terdapat empat faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya kanker prostat, yaitu genetik, hormon, makanan dan lingkungan, serta infeksi. Sebagian besar kanker prostat adalah adenokarsinoma yang berasal dari sel asinar prostat. Hipotesis menyebutkan kanker bermula dari volume yang kecil kemudian membesar hingga menyebar.  Tujuh puluh persen ditemukan di zona perifer kelenjar prostat, 15-20% di zona sentral, dan 10-20% di zona transisi. Faktor utama yang berpengaruh pada penyebarannya adalah lokasi kanker. Kemungkinan menyebar lebih besar bila terdapat di apeks atau di basal karena lemahnya kapsul pada lokasi ini. Metastasis hematogenik yang sering terjadi adalah penyebaran ke tulang verte­bra lumbal, tulang panggul, tulang femur proksimal, tulang iga, tulang sternum, dan tulang kepala.

Tingkat penyebaran menurut sistem TNM menurut UICC 1992:

  • Tx tumor tidak dapat ditentukan
  • T0 tumor tidak ada
  • T1 tidak dapat diraba, penemuan histologik kebetulan
  • T1a tumor ditemukan tidak sengaja pada TUR; = 5% merupakan keganasan
  • T1b tumor ditemukan tidak sengaja pada TUR; > 5% merupakan keganasan
  • T1c tumor ditemukan pada biopsi jarum karena terdapat peningkatan PSA
  • T2 tumor teraba
  • T2a pada < 1/2 lobus
  • T2b pada 1/2 – 2 lobusT2c pada 2 lobus
  • T3 menembus simpai dan/atau vesika seminalis
  • T3a penyebaran ekstrakapsular unilateral
  • T3b penyebaran ekstrakapsular bilateral
  • T3c tumor menginvasi vesika seminalis
  • T4 tumor terfiksasi atau menginvasi struktur sekitamya lebih dari vesika seminalis
  • T4a tumor menginvasi leher bladder dan/atau sfingter ekstema dan/atau rektum
  • Nx metastasis kelenjar limfe regional tidak dapat ditentukan
  • N0 tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
  • N1 metastasis kelenjar timfe regional = 2 cm
  • N2 metastasis kelenjar limfe regional 2 – 5 cm, atau kelenjar limfe regional multipel,
  • tidak > 5 cm pada dimensi terbesar
  • N3 metastasis kelenjar limfe regional > 5 cm pada dimensi terbesar
  • Mx metastasis jauh tidak dapat ditentukan
  • M0 tidak ada metastasis jauh
  • M1 metastasis jauh
  • M1a meliputi kelenjar limfe nonregional
  • M1b meliputi tulang
  • M1c meliputi metastasis jauh yang lain
  • G1 berdiferensiasi baik (anaplasia ringan)
  • G2 berdiferensiasi sedang (anaplasia sedang)
  • G3-4 berdiferensiasi buruk atau tidak berdiferensiasi (anaplasia berat)

Keluhan sesuai dengan gejala saluran kemih bagian bawah (lower urinary tract symptoms = LUTS), yaitu adanya gejala iritatif dan obstruktif. Kecurigaan umumnya berawal dari ditemukannya nodul secara tak sengaja pada pemeriksaan rektal. Nodul yang ireguler dan keras harus dibiopsi untuk menyingkirkan kemungkinan ini. Atau didapatkannya jaringan yang ganas pada pemeriksaan patologi dari jaringan prostat yang diambil karena gejala BPH. Kanker ini jarang memberikan gejala, kecuali bila telah lanjut.

Dapat terjadi hematuria, gejala-gejala obstruksi, gangguan saraf akibat penekanan atau fraktur patologis pada tulang belakang.

 


Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi transrektal adalah alat yang efektif untuk menegakkan diagnosis kanker prostat. Keuntungannya adalah lebih murah dibandingkan dengan CT-Scan dan MRI dan tidak ada bahaya radiasi. Namun alat ini tidak dapat mendeteksi kelenjar limfe pelvis dan memiliki angka positif palsu yang tinggi (tidak dapat membedakan dengan lesi hipoekoik seperti pada BPH dan prostitis) dan negatif palsu yang tinggi (untuk karsinoma yang isoekoik atau hiperekoik). CT-Scan tidak terlalu disarankan kecuali bila dicurigai terjadi penyebaran ke kelenjar limfe, sedangkan MRI tidak dianjurkan karena terjadi tumpang tindih antara gambaran jinak dan ganas kecuali bila dengan teknik yang menggunakan endorectal coil maka sangat baik untuk melihat margin infiltrasi tumorBone scanning atau bone survey adalah cara paling umum dan diandalkan untuk melihat adanya metastasis pada tulang.

Petanda tumor yang digunakan untuk kanker prostat adalah prostate specific antigen (PSA). Nilai normal pada dewasa muda adalah 0-4 ng/ml. Pada BPH terjadi peningkatan yang sesuai dengan besarnya zona transisi, dan setiap peningkatan 1 g akan meningkatkan PSA 0,3 ng/dL. Produksi PSA pada kanker prostat bervariasi, biasanya meningkat pada kanker dengan diferensiasi yang baik dan menurun pada diferensiasi yang buruk dengan ketepatan mencapai 50-60%. Kegunaannya yang terbesar adalah untuk mengetahui rekurensi setelah prostatektomi radikal.

 


Diagnosis
Diagnosis pasti harus ditegakkan sebelum dilakukan terapi. Teknik biopsi yang dianjurkan adalah dengan memakai needle biopsy atau biopsi instrumen (core biopsy). Di Amerika Serikat, kemungkinan hasil biopsi adalah keganasan berkisar antara 33-50%.

Biopsi prostat dikerjakan bila:

  1. Pada pemeriksaan colok dubur ada bagian yang keras atau nodul
  2. Nilai PSA > 10 ng/ml atau 4 – 10 ng/ml dengan PSAD = 0, 15

 


Diagnosis Banding
Pembesaran prostat jinak, prostatitis, tuberkulosis prostat, kista prostat, dan fibrosis.

 


Penatalaksanaan
Terdapat berbagai pilihan penatalaksanaan yang didasarkan pada usia pasien, kondisi pasien, stadium dan derajat tumor, serta fasilitas yang tersedia.

Penataksanaan pasien dengan Tla adalah observasi. Pasien dengan stadium yang rendah (Tlb – T2) dianjurkan prostatektomi radikal atau terapi radiasi. Angka harapan hidupnya 80-90%. Prostatektomi dapat dilakukan retropubik atau perineal. Yang pertama memudahkan mencapai prostat dan kelenjar limfe pelvis namun dapat terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar. Untuk pasien dengan obesitas, lebih dianjurkan secara perineal. Komplikasi operasi adalah perdarahan dan cedera saraf obturator, ureter, atau rektum. Komplikasi jangka panjangnya adalah inkontinensia (0,5-11%)dan impotensi.

Perbandingan hasil antara operasi dan radiasi sulit dilakukan karena pada pasien operasi dilakukan penentuan stadium dengan pemeriksaan patologi sedangkan pada pasien radiasi dilakukan dengan berbagai teknik pencitraan. Dan betum adanya uji klinis mengenai hal ini. Komplikasi pada radiasi berhubungan dengan dosis total, volume terapi, distribusi dosis, dan skema fraksinasi. Umumnya yang ditemui adalah gejala-gejala intestinal (perdarahan rektum,  tenesmus, diare, dll), urologi (frekuensi, disuria, sistitis, striktur uretra, dll), impotensi, dan edema ekstremitas.

Bila sudah terdapat metastasis jauh pengobatannya adalah hormonal, kecuali bila ada nyeri tulang yang merupakan indikasi radiasi. Tujuan pengobatan hormonal adalah untuk mengurangi atau meniadakan pengaruh hormon androgen ke jaringan prostat. Cara pengobatan hormonal adalah total androgen blockage dengan LHRH analog + antiandrogen atau dengan kastrasi (orkidektomi lateral). Tindak lanjut yang terpenting adalah pemeriksaan kadar PSA secara berkala pada pasien pasca prostatektomi radikal untuk mengetahui adanya kekambuhan atau pada pasien yang diobati secara hormonal.