PERILAKU DAN KEBIASAAN BURUK PASIEN YANG HARUS DIPERHATIKAN
Gemar Melakukan Shopping Untuk Kesembuhan Penyakitnya
Pasien yang tidak memiliki kesabaran, akan melakukan berbagai tindakan yang dapat mengaburkan diagnosis atau etiologi penyakitnya. Akibat merasa bahwa pengobatan yang diterima dari dokter tidak efektif atau dirasakan lambat reaksi penyembuhannya, maka ia segera berpindah ke dokter lain, begitu seterusnya sampai bisa mencapai 10 orang dokter. Pasien akan memuji dokter terakhir yang dikunjungi, karena telah menyembuhkan penyakitnya. Padahal, dokter terakhir itu hanya memberikan vitamin. Kesembuhannya disebabkan oleh obat dari salah satu dokter sebelumnya, tapi memerlukan waktu untuk proses penyembuhannya.
Jika Sidik Jari Lenyap Maka Penjahat Sudah Sulit Dilacak
Pasien yang tidak sabar dan tidak mau menderita lebih lama satu hari lagi saja, akan mendesak agar dokter segera memberikan resep pada saat itu juga. Pasien tidak mau bersabar sampai keesokan harinya baru mendapat obat setelah melalui pemeriksaan di laboratorium kesehatan supaya diketahui secara tepat etiologinya. Andaikan terkena penyakit tifus, maka setelah mengonsumsi obat Chloramphenicol, kuman penyakitnya sudah sulit terdeteksi oleh test Widal. Akibatnya, penyebab sakitnya, tidak dapat diketahui. Pengobatannya pun akan dilakukan secara kira-kira saja. Ada kemungkinan terjadi kesalahan diagnosis.
Menyerempet Bahaya Main Dokter-dokteran Untuk Peristiwa Sesungguhnya
Perilaku buruk lainnya dari penderita adalah merasa dirinya pandai dan serba tahu, sehingga menjadi dokter bagi dirinya sendiri. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ia menentukan sendiri obat apa yang hendak dikonsumsi, padahal belum tentu penyebab penyakitnya itu sama dengan sakit sebelumnya walaupun keluhan atau gejalanya mirip atau bahkan sama. Gejala batuk adalah simptom, bukan etiologi, yang menyertai banyak penyakit seperti: bronkitis, pneumonia, alergi, TBC, radang tenggorokan, atau kejiwaan. Akibat tindakan spekulatif nekat-nekatan, maka ada kemungkinan penyakitnya justru menjadi semakin parah.
Memperlakukan Berobat Sebagai Berkeyakinan Maka Akan Sulit Sembuh
Ada lagi tingkah laku yang menghambat kesembuhan dari penyakit, yakni dua hal yang amat bertolak belakang secara ekstrim, yaitu: sama sekali tidak percaya kepada siapa pun, atau amat percaya kepada siapa pun. Akibat dari tidak percaya kepada siapa pun maka penyakitnya tidak dapat diobati sampai sudah parah barulah ia bersedia diobati secara pasrah. Hasil dari percaya kepada siapa pun akan menyebabkan pasien mengonsumsi banyak jenis obat sebagai koleksi dari berbagai saran yang diterimanya. Dua-duanya sama saja buruknya, namun lebih baik percaya kepada siapa pun dari pada tidak percaya kepada siapa pun.
Bermental “Budak” Dalam Mengobati Penyakit, Bisa Berujung Celaka
Ada lagi dua sikap ekstrim, yakni hanya memercayai pengobatan Alopati (Barat), atau hanya memercayai pengobatan naturopati (tradisional). Ada pasien yang begitu mendewakan dokter Baratnya sehingga apa saja yang disarankan, pasti akan dipatuhi secara membabi-buta. Apalagi jika dokternya berasal dari luar negeri, maka niscaya dianggap sebagai berhala pujaannya. Jika hasilnya ternyata buruk, maka akan diterima secara ikhlas karena beranggapan bahwa dokternya itu mustahil bisa salah. Jika pengobatan gagal, maka hal itu sudah takdir, bukan kekeliruan dokter. Perilaku “budak” semacam ini bisa mencelakakan diri sendiri.
Penganut Pengobatan Tradisional Lebih Bernasib Mujur
Sebaliknya, ada penderita penyakit yang hanya memercayai metode pengobatan tradisional, dan sama sekali menafikan pengobatan Alopati. Hal ini kebanyakan terjadi pada kalangan kurang berpendidikan dan kalangan jelata, atau malah secara ekstrim bisa berasal dari kalangan intelektual yang tinggi pendidikannya. Mereka ini menganggap sistem pengobatan alopati sebagai musuh besar sehingga mereka amat alergi kepada dokter dan obat farmasi Barat. Tentunya kedua sikap ekstrim itu sama buruknya, namun dari data yang terekam, ternyata yang hanya percaya kepada pengobatan naturopati ini, jauh lebih beruntung nasibnya.
Sumber: Buku Kembali Ke Alam (Back to Nature)
oleh Dr. Aggi Tjetje & Dr. Some
(Suatu Tinjauan Mendalam Akan: Kiprah dan Sumbangsih Serta Pengabdian Pengobatan Tradisional Dalam Pembangunan Nasional)