HAMBATAN & KENDALA KEMAJUAN SISTEM PENGOBATAN NATUROPATI
1. SIKAP MASYARAKAT AWAM
Mitos Dalam Masyarakat Sebagai Kendala Kemajuan Naturopati
Tantangan lainnya yang dihadapi oleh pengobatan dan obat tradisional adalah banyaknya orang awam yang terpengaruh oleh pola pandang kuantitatif ala kedokteran Barat, yang tanpa didukung oleh pengetahuan secara memadai akan obat-obatan tradisional, telah berani secara gegabah mencemooh kemampuan beragam dari suatu obat tradisional, padahal menurut penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI, Depkes RRC, WHO (Chinese Medicine & ICD 11 WHO 2022), dan bahkan FDA AS, setiap jenis tanaman obat memiliki khasiat ganda beragam. Dengan demikian, setiap simplisia memiliki beberapa bahkan banyak sekali khasiatnya dalam pengobatan.
Obat Tradisional Memiliki Banyak Keunggulan
Kencur dapat mengobati bisul, luka, batuk, serak, sembelit, demam, tiada nafsu makan, dan lain-lain. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika suatu ramuan yang terdiri dari berbagai tanaman obat, dapat memiliki puluhan macam khasiat. Contohnya konkretnya adalah Obat Herbal Red Kank dengan Brand Sinargi (Tamacap, Anahata, Padolin, Astramuno, dan Santopect) hasil penemuan Dr. Aggi Tjetje, Fakultas Usadha – Institut Agama Buddha Nasional, yang sudah tidak diragukan lagi oleh masyarakat akan kemanjurannya, di mana obat ini memiliki seratus lebih khasiat karena mengandung belasan macam bahan baku obat herbal. Hampir tidak ada penyakit yang tidak dapat diobati atau diperingan gejalanya oleh obat Red Kank (SINARGI).
Hendak Menjadikan Obat Tradisional Bagaikan Cabe Pedas
Hambatan lain bagi pemanfaatan obat tradisional oleh masyarakat awam adalah bahwa hampir kebanyakan penderita penyakit, selalu ingin cepat sembuh dan berharap agar obat tradisional dapat segera menyembuhkan penyakitnya. Hal ini tidak mungkin, mengingat obat tradisional berproses secara alamiah sehingga bereaksi secara bertahap dan laun, namun sekali sudah sembuh maka jarang kambuh (kumat) kecuali penyakit akibat pola makan yang terkait dengan kimia darah, tekanan darah, kerentanan kulit seperti jerawat atau alergi, atau yang disebabkan oleh kuman seperti diare, flu, tipus, keputihan, kutu air, dan lainnya
Pola Pandang Keliru Dalam Menyehatkan Masyarakat
Ada lagi satu hal yang menjadi tantangan bagi pasaran tenaga kerja, yakni minimnya tenaga pengobat. Banyak pihak yang berniat mulia mengabdikan diri bagi kesehatan masyarakat, namun terbentur oleh berbagai kendala, seperti kemampuan keuangan dan kesempatan, mengingat besarnya biaya bagi pendidikan menjadi dokter, dan minimnya daya tampung perguruan tinggi. Hambatan yang utama adalah persepsi bahwa untuk menyehatkan masyarakat maka cara satu-satunya adalah menjadi dokter Alopati, ditambah ketiadaan kemauan birokrasi untuk mencarikan alternatif bagi penyehatan masyarakat.
2. HAMBATAN DARI PAKAR
Sering Ada Kesimpulan Apriori Arogansif Dari Dokter Alopati
Tantangan bagi pengobatan tradisional adalah adanya pandangan keliru yang dilansir oleh sementara dokter Alopati atau pakar kesehatan yang berorientasi pada pola pandang Barat, yang tanpa menguasai bidang ilmu pengobatan tradisional tetapi berani menyatakan bahwa obat tradisonal dapat merusak ginjal dan hati akibat rasanya yang sangat pahit, padahal manakah ada obat farmasi Barat yang tidak pahit? Menelan kapsul atau tablet obat farmasi Barat, tentu tidak terasa pahit di lidah, tetapi tidak berarti bahwa obat itu tidak pahit. Lagipula manakah ada bukti bahwa rasa pahit dapat merusak ginjal dan hati?
Pengobatan Tradisional Adalah Penampung Penderita Yang Putus Asa
Sering pula dituduhkan bahwa pengobatan tradisional banyak mengakibatkan kematian penderita karena kenyataannya memang demikian. Akan tetapi, penuduh melupakan bahwa kebanyakan pengobatan tradisional itu hanya menjadi penampung limbah dari kedokteran alopati di mana pengobatan tradisional hanya dijadikan sebagai sumber terakhir bagi pengobatan setelah dokter alopati tidak berdaya menyembuhkan. Pengobatan tradisional disebut juga sebagai pengobatan alternatif, artinya hanya dijadikan sebagai sarana pilihan terakhir setelah upaya penyembuhan “mentok” di mana-mana.
Kebanyakan Pengobatan Tradisional Dijadikan Sarana Terkahir
Setelah berupaya mati-matian menyembuhkan penyakitnya melalui pengobatan Barat, jika kemudian tidak berhasil atau dokter sudah menyerah tidak berkutik, barulah penderita berpaling ke pengobatan tradisional sehingga semuanya telah terlambat. Tentu saja banyak penderita yang mati. Sebaliknya, juga banyak pasien pengobatan tradisional yang tidak berhasil disembuhkan, lalu berpaling ke pengobatan alopati, maka dapat dipastikan juga banyak pasien yang mati tidak tertolong. Lalu apakah kematian pasien menjadi dosa dari kedokteran Barat? Apakah dokter alopati bertanggungjawab untuk hal itu?
Limbah Kedokteran Barat Sudah Sulit Untuk Didaur Ulang
Matinya penderita bukanlah disebabkan oleh pengobatan tradisional, melainkan akibat keterlambatan pengobatan yang efektif. Sehebat apa pun pengobatan atau obat tradisionalnya, namun jika harus mengangani penderita yang telah amat larut dan parah keadaannya, maka sudah sulit untuk ditolong oleh sistem pengobatan tradisional apa pun. Oleh karena pengobatan alternatif kebanyakan hanya dijadikan sebagai “tong sampah” bagi limbah pengobatan alopati, maka sudah barang tentu banyak menampung korban yang tak lama kemudian akan mengalami kematian akibat ketidaksempurnaan pengobatan alopati.
Logika Tidak Cerdas Dari Sementara Pakar Atau Ilmuwan
Ada pendapat dari sementara pakar pengobatan Barat bahwa sesungguhnya ilmu pengobatan Barat itu semula berasal dari ilmu pengobatan tradisional, sehingga jika orang kembali ke pengobatan tradisional, berarti set back (mundur ke belakang). Pernyataan ini mengandaikan bahwa ilmu pengobatan tradisional bersifat statis, sehingga dari dulu sampai sekarang tidak mengembangkan diri ke arah yang lebih mapan. Padahal, sejak ilmu pengobatan Barat memisahkan diri darinya, ilmu pengobatan tradisional telah maju berkembang pesat dan bahkan dalam skala tertentu justru telah melampaui ilmu pengobatan Barat.
Karena Tidak Mampu Memahami Maka Dianggap Buruk Dan Rendahan
Masih terlalu banyak dokter yang tidak bersedia meresepkan obat tradisional kepada pasiennya walaupun pemerintah telah mewajibkan penggalakan penggunaan obat tradisional di rumah sakit negeri. Hal ini dapat disebabkan oleh keangkuhan intelektual mereka, tetapi yang lebih banyak adalah disebabkan oleh ketidakpahaman akan obat tradisional namun kesulitan memahaminya sehingga menjadi malas memelajarinya. Kesulitan pemahaman mereka itu terutama disebabkan karena terbiasa berpola pikir kuantitatif deduktif ala pengobatan Alopati sehingga sulit berpola pikir secara kualitatif induktf.
Bersambung >>>>>>
Sumber: Buku Kembali Ke Alam (Back to Nature)
oleh Dr. Aggi Tjetje & Dr. Some
(Suatu Tinjauan Mendalam Akan: Kiprah dan Sumbangsih Serta Pengabdian Pengobatan Tradisional Dalam Pembangunan Nasional)