TIRANI & NAIVITAS BIROKRASI V

29 Mar 2023

TIRANI  &  NAIVITAS  BIROKRASI  V


5.  WAWASAN  PRIMITIVISME  BIROKRASI


Obat  Tradisional  Diwajibkan  Mengikuti  Pola  Zaman  Baheula

Ada lagi hal yg amat aneh, yakni jika ada pendaftaran obat tradisional yang kandungannya lebih dari lima macam simplisia, maka sudah dapat dipastikan bahwa pendaftaran itu bakal mendapat kendala, karena kebijakan birokrasi di bidang perobatan tradisional, menghendaki agar suatu ramuan obat tradisional hanya terdiri dari dua atau tiga macam simplisia saja. Alasannya adalah bahwa sejak zaman dahulu kala, suatu ramuan obat tradisional Nusantara hanya mengandung sedikit jenis simplisia. Lagi-lagi pola perobatan Barat diterapkan secara paksa kepada obat tradisional. Kembali kacamata Barat yang digunakan.


Sifat  Obat  Tradisional  Yang  Conditio  Sine  Qua  Non

Birokrasi tidak mau tahu bahwa dalam ramuan obat tradisional dikenal adanya mekanisme persenyawaan inhibisi, kontradiksi, potensiasi, dan sinergi antar simplisia. Inhibisi terjadi jika satu jenis simplisia menghambat khasiat simplisia lainnya, seperti birokrasi busuk menjegal pelanggannya. Kontradiksi terjadi jika dua jenis atau lebih simplisia saling menghambat khasiat masing-masing. Potensiasi terjadi jika satu jenis simplisia menguatkan khasiat  simplisia lainnya, seperti birokrasi handal menguatkan masyarakatnya. Sinergi terjadi jika dua jenis atau lebih simplisia saling menguatkan khasiat masing-masing.


Obat  Diperlakukan  Bagaikan  Bumbu  Dapur  Resep  Masakan

Sesuai dengan sifatnya yang alamiah, maka ramuan tertentu obat tradisional harus dipadukan dari berbagai jenis simplisia untuk memeroleh sinergi atau potensiasinya. Tanpa padanannya, maka sinergi atau potensiasi tidak akan terjadi. Berlainan dengan obat Barat yang memang terdiri atas sedikit jenis bahan, bahkan hanya satu jenis saja, seperti Penicilin. Tanpa perlu padanannya, kebanyakan obat Barat telah amat kuat sehingga tidak diperlukan perekayasaan pemaduan untuk memperkuat khasiatnya. Upaya memperkuat khasiat obat tradisional, yang tidak terhindarkan ini, ternyata tidak diizinkan oleh birokrasi.


Hidup  Di  Era  Modern  Dengan  Khayalan  Ke  Masa  Kuno

Akibat kebijakan birokrasi yang terpaku pada masa lalu, maka per-jamu-an Indonesia tidak dapat berkembang, dan akan tetap pada polanya yang telah dilaluinya selama ratusan tahun, sehingga ke depannya pun akan tetap begitu-begitu saja. Jamu yang semarak, hanya berkisar pada yang itu-itu saja seperti: galian singset, galian rapet, keperkasaan pria, pegel linu, lesu darah, anti angin, dan lain-lain yang sejenisnya. Tidak mengherankan jika orang lebih suka menjual obat-jadi tradisional impor dari China ketimbang mencari terobosan untuk memroduksinya sendiri, karena obat impor tidak terkena pembatasan aneh itu.


Tunggu lanjutannya >>>>


Sumber:

Buku Kembali Ke Alam (Back to Nature)

oleh Dr. Aggi Tjetje & Dr. Some

(Suatu Tinjauan Mendalam Akan: Kiprah dan Sumbangsih Serta Pengabdian Pengobatan Tradisional Dalam Pembangunan Nasional)